POHON BIDARA (Ziziphus mauritiana) dalam Al-Qur’an dan Sains
Gambar 1 .daun dan buah bidara
Buah bidara dalam Al-Qur’an
Allah
aza wa jalla telah memuliakan beberapa tempat atas tempat-tempat lainnya,
sebagaimana Alloh azza wa jalla telah memuliakan Kota Mekkah dan Madinah lebih
mulia daripada tempat-tempat lain di muka bumi ini.Alloh azza wa jalla telah
memuliakan sebagian individu atas individu-individu yang lainnya,
sebagaimana memuliakan sebagian nabi atas sebagian yang lainnya.Dan dijadikan
untuk sebagian makhluk kemuliaan atas makhluk-makhluk lainnya.Termasuk apa yang
diharamkan karena merupakan pohon adalah pohon bidara.
Buah bidara(Zizipus
mautariana) terdapat pada beberapa suratdi dalam Al-Qur’an dan salah satu
hadist Nabi Muhammad SAW.Surat Al-qur’am tersebut adalah :
1.Surat Saba’ ayat 16
Allah subhanahu
wa ta’alla berfirman yang artinya:
Artinya:Tetapi mereka berpaling, maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka
dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl
dan sedikit dari pohon Bidara (QS. Saba :16)
Dalm tafsir Al-Maraghi
diterangkan bahwa arti kata sidr mempunyai arti pohon nabaq sejenis pohon
bidara.Setelah Allah swt menyebutkan keadaan orang-oranng yang bersyukur atas
nikmatnya yang kembali kepada Allah maka di melanjutkan dengan menyebutkan tentang
hukuman besar yang perna menimpah orang-orang kafir terhadap nikmat-nikmatnya
yang berpaling dari ingat dan bersyukur kepadana sebagai pelajaran bagi
orang-orang quraisyi dan sebagai peringatan bagi orang-orang kufur terhadap
nikmat-nikmat Allah dan berpaling dari pemberi nikmat dan Allah mengganti
taman-taman mereka dengan kebun-kebun
yang isinya hana beberapa pohon saja yang tidak berarti seperti Al kamthu,pohon
yang berbuah pahit dan atsal sejenis cemara dan sedikit bidara.
2.Surat Al-waqiah Ayat 28
فِي سِدْرٍ مَّخْضُودٍ
Artinya:
Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri (Q.S Al-waqiah:28)
Menurut tafsir pohon
bidara digunakan untuk pelindung penghuni surga dan pohon-pohon tersebut tidak
berduri. Dalam tafsir disebutkan
pohon bidara yang dimaksud adalah yang telah dihilangkan durinya ataupun
buahnya yang lebat, demikian pendapat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma.Berkata
Ibnu Katsir rohimahulloh setelah
menukil beberapa pendapat (tentang pohon bidara dalam ayat tersebut): Dhohirnya
yang dimaksud adalah pohon bidara di dunia banyak durinya dan sedikit buahnya,
adapun di akhirat kebalikannya, tidak ada durinya dan buahnya banyak.
Dalam tafsir Al-Maraghi
juga dijelaskan bahwa mereka yang menikmati surga-surga yang didalamnya
terdapat pohon bidara yang tiada berduri lagi,tidak seperti pohon bidara liar
di dunia.dan disana juga terdapat pohon pisang yang penuh dengan buah sehingga
tampaknya tidak mempunyai batang buah.
3.
Surah An-Najm 13-15
Dalam Surat An-Najm yang
menceritakan kisah Mi’roj nya Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam, beliau melihat Malaikat Jibril dalam bentuk
aslinya dimana Jibril mempunyai 600 sayap.
Alloh azza wa jalla
berfirman:
( أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى * وَلَقَدْ
رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى * عِندَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى * عِندَهَا جَنَّةُ
الْمَأْوَى * إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى * مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا
طَغَى * لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى )
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha . Di
dekatnya ada syurga tempat tinggal, . (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil
Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya
dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling
besar”. (QS. An-Najm :
13-15)
Imam Al-Bukhori dan Muslim telah meriwayatkan
dari hadits Anas rodhiyallohu
‘anhu dari Rosululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam dalam kisah Isro’ dan Mi’roj, Beliau bersabda:
”kemudian Jibril membawaku sampai di Sidrotul Muntaha, yang sedang diliputi
sesuatu yang saya tidak mengetahuinya”. Dia berkata: “kemudian memasuki surga
dan melihat didalamnya kubah-kubah yang terbuat dari mutiara dan tanahnya
kasturi”.
Dalam riwayat lainnya: “Diperlihatkan
kepadaku Sidrotul Muntaha , buahnya seperti tempayan besar, daunnya seperti
telinga gajah, dan di pangkalnya ada 4 sungai: dua sungai bathin, dua sungai
dhohir, maka aku bertanya kepada Jibril, maka dia menjawab: adapun dua sungai
yang bathin di surga dan dua sungai yang dhohir adalah sungai Nil dan sungai
Eufrat.
4.Hadist
Nabi Muhammad SAW
Rosululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda:
:
قاطع السدر يُصوّب الله رأسه في النار
”Pemotong pohon bidara Alloh akan menunjuk kepalanya di neraka.
HR Al-Baihaki di dalam As-sunan Al-kubro, dan
Syaikh al-Albani rohimahulloh
menshohihkannya dalam Shohihul
Jami’.Dari hadis tersebut dapat di di simpulakan betapa di muliakannnya pohon
bidara.
DESKRIPSI POHON BIDARA (Zizipus Mauritinia)
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Rhamnales
Famili: Rhamnaceae
Genus: Ziziphus
Spesies: Ziziphus mauritiana Lamk.
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Rhamnales
Famili: Rhamnaceae
Genus: Ziziphus
Spesies: Ziziphus mauritiana Lamk.
(www.plantamor.com)
Nama lain pohon Bidara antara lain dara (Jw.); bukol (Md.); bĕkul (Bal.); ko (Sawu); kok (Rote); kom, kon (Timor); bĕdara
(Alor); bidara (Mak., Bug.); rangga (Bima);
serta kalangga (Sumba).Nma dari negara lain bidara, jujub, epal siam (Mal.); manzanitas (Fil.) zee-pen (Burma); putrea (Kamboja); than (Laos); phutsaa,
ma tan (Thai); tao, tao nhuc (Vietnam)[2]. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Jujube, Indian
Jujube, Indian plum, atau Chinese Apple; serta Jujubier
dalam bahasa
Prancis.
Bidara atau widara (Ziziphus mauritiana) adalah sejenis
pohon kecil penghasil buah yang tumbuh di daerah kering. Perdu atau pohon kecil,
biasanya bengkok, tinggi hingga 15 m dan gemang batang
hingga 40 cm. Cabang-cabang menyebar dan acap menjuntai,
dengan ranting-ranting tumbuh simpang siur dan berambut pendek. Selalu hijau
atau semi menggugurkan daun.Daun-daun penumpu berupa duri, sendirian dan lurus
(5–7 mm), atau berbentuk pasangan dimorfis, di mana yang kedua lebih pendek dan
melengkung, kadang-kadang tanpa duri.Daun-daun tunggal
terletak berseling. Helai daun bundar telur menjorong atau jorong lonjong, 2–9
cm x 1.5–5 cm; bertepi rata atau sedikit menginggit; gundul dan mengkilap di
sisi atas, dan rapat berambut kempa keputihan di sisi bawahnya; dengan tiga
tulang daun utama yang nampak jelas membujur sejajar; bertangkai pendek 8–15
mm.
Gambar 2 morfologi pohon bidara
Perbungaan berbentuk payung
menggarpu tumbuh di ketiak daun,
panjang 1–2 cm, berisi 7–20 kuntum. Bunga-bunga berukuran
kecil, bergaris tengah antara 2–3 mm, kekuningan, sedikit harum, bertangkai 3–8
mm; kelopak bertaju 5 bentuk delta (menyegitiga), berambut di luarnya dan
gundul di sisi dalam; mahkota 5, agak seperti sudip, cekung dan melengkung.
Gambar 3 bunga bidara
Buah batu berbentuk bulat hingga bulat telur, hingga 6 cm × 4 cm
pada kultivar-kultivar yang dibudidayakan, namun kebanyakan berukuran jauh
lebih kecil pada pohon-pohon yang meliar; berkulit halus atau kasar, mengkilap,
tipis namun liat, kekuningan, kemerahan hingga kehitaman jika masak; daging
buahnya putih, mengeripik, dengan banyak sari buah yang agak masam hingga manis
rasanya, menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Biji terlindung
dalam tempurung yang berbingkul dan beralur tak teratur, berisi 1–2 inti biji
yang coklat bentuk jorong.
Kandungan Hasil analisis di India (angka,
pertama) dan di Thailand (dalam kurung) merupakan komposisi per 100 g bagian
yang dapat dimakan: air 86 (71,5) g, protein 0,8 (0,7) g; lemak 0,1 (1,7) g;
karbohidrat 12,8 (23,7) g; Ca 30 (30) m, P 30 (30) mg, vitamin A 70 (50) SI,
vitamin C 50-150 (23) mg. Nilai energinya 230 (470) kJ/100 g. Deskripsi
Berperawakan pohon atau perdu yang menyemak, tingginya mencapai kira-kira 15 m,
tumbuh tegak atau menyebar dengan cabang-cabangnya yang menjunta (Morton, J. 1987).
Ekologi dan penyebaran
Tanaman ini terutama tumbuh baik di wilayah
yang memiliki musim kering yang jelas. Kualitas buahnya paling baik jika tumbuh
pada lingkungan yang panas, kaya cahaya matahari, dan cukup kering; namun
hendaknya mengalami musim hujan yang memadai untuk menumbuhkan ranting, daun
dan bunga, serta untuk mempertahankan kelembaban tanah selama mematangkan buah.
Bidara berkembang luas pada wilayah dengan curah hujan 300-500 mm pertahun.
Untuk keperluan komersial, pohon bidara dapat dikembangkan hingga ketinggian
1.000 m dpl.; akan tetapi di atas ketinggian ini pertumbuhannya kurang baik.[4]
Tahan iklim kering dan penggenangan, bidara
mudah beradaptasi dan kerap tumbuh meliar di lahan-lahan yang kurang terurus
dan di tepi jalan. Tumbuh di pelbagai jenis tanah: laterit, tanah hitam yang
berdrainase baik, tanah berpasir, tanah liat, tanah aluvial di sepanjang aliran
sungai (riparian).[5]
Bidara diperkirakan memiliki asal-usul dari Asia Tengah, dan menyebar alami di wilayah yang luas mulai dari Aljazair, Tunisia, Libia, Mesir, Uganda dan Kenya di Afrika; Afganistan, Pakistan, India utara, Nepal, Bangladesh, Cina selatan, Vietnam, Thailand, Semenanjung
Malaya, Indonesia, hingga Australia. Kini bidara telah ditanam di banyak negara di Afrika,
dan juga di Madagaskar.Namun yang mengembangkannya secara komersial
hanyalah India, Cina, dan sedikit di Thailand.Bidara acap dipertukarkan
identitasnya dengan bidara cina (Ziziphus zizyphus; sinonim Z.
jujuba Miller, Z. vulgaris Lamk.). Bidara yang terakhir ini
dibudidayakan di Cina bagian utara.
PEMBUDIDAYAAN POHON BIDARA
1.Syarat Tumbuh
Bidara merupakan tumbuhan yang bandel, yang dapat
mengatasi suhu ekstrem dan mampu bertahan hidup pada lingkungan yang agak
kering. Kualitas buahnya akan paling baik jika tumbuh pada lingkungan yang
panas, di udara terbuka dan kering, tetapi hendaknya ada musim hujan untuk
mendukung pertumbuhan perpanjangan dan pembungaannya, dan idealnya tanahnya
memiliki cukup kelembapan sits untuk mematangkan buahnya. Jika terjadi cuaca
yang buruk, pohon bidara ini akan menjadi do an. Pada habitat alaminya, curah
hujan tahunannya berkisar antara 12 5 mm dan di atas 2.000 m ; suatu penelitian
di India menunjukkan bahwa b berapa kultivar akan tumbuh cukup balk pada cura
hujan serendah 300-400 mm per tahun. Suhu maksimumnya adalah 37-48° C, dan suhu
minimumn 7-13° C, tetapi pohon bidara masih tahan terhadap embun beku yang
ringan. Kisaran ketinggian tempat tumbuhnya ialah antara tepi pantai sampai
kira-kira 1000 m dpl. Bidara menghendaki tanah yang cukup ringan dan dalam,
tetapi pohonnya dapat pula tumbuh di lahan marginal, tanah basa, tanah asin
atau sedikit asam, baik tanah ringan maupun berat, rentan terhadap kekeringan
atau kadang-kadang tergenang.
2.Pedoman Budidaya
Ganbar 4 Buah bidara
Walaupun hampir semua pohon bidara yang dipelihara
diperbanyak dengan benih, perbanyakan vegetatif makin banyak dipraktekkan,
karena itulah satu-satunya cara untuk memperoleh pohon yang sifatnya sama
dengan induknya. Pohonnya dapat diperbanyak melalui setek atau cangkok, tetapi
penempelan atau penyambunganlah yang lebih sering dilakukan. Anakan atau benih
yang seringkali diambil dari jenis-jenis Ziziphus liar yang selalu tersedia di
alam, dimanfaatkan sebagai batang bawah. Masa pertumbuhan vegetatif merupakan
saat untuk melaksanakan penempelan: tempelan bentuk T atau penempelan cincin
merupakan cara yang dianjurkan. Penyambungan pecut (whip grafting) merupakan
cara penyambungan yang dianjurkan, tetapi penyambungan penyusuan (suckle
grafting), yaitu salah satu pelengkungan, sangat disukai di Thailand. Dl Asia
Tenggara, jarak tanam 5-6 m dianggap perlu, tetapi di India umumnya berjarak
tanam 8-9 m.
Mengingat gangguan terhadap akar tunggang mungkin
fatal, kadang-kadang dianjurkan untuk menyemai benih, lalu mengadakan
penempelan atau penyambungan semai di tempatnya. Alternatif lainnya ialah
menanam benih pada keranjang anyaman kawat yang ceper yang diletakkan di
permukaan tanah, untuk memaksa pertumbuhan awal akar-akar lateralnya di
lingkungan yang balk, yang diusahakan di persemaian. Mengingat adanya masalah
keserasian, dianjurkan untuk melaksanakan penanaman campuran 3 kultivar.
3.Pemeliharaan
Pohon bidara yang masih muda diikatkan pada tonggak,
Ialu dilakukan pemangkasan untuk memperoleh 4 atau 5 cabang penyangga yang
bentuknya balk, yang segera mengisi ruangan yang tersedia; tumpang sari hanya
dapat dilakukan 2 atau 3 tahun saja. Pohon asal klon dapat berbuah pada tahun
kedua dan dapat menghasilkan buah yang memadai pada tahun keempat. Pohonnya
terutama akan mengeluarkan bunga dari pucuk pucuk -baru, dan hendaknya
dipangkas untuk meyakinkan bahwa pucuk-pucuk ini memiliki kesuburan yang
memadai untuk menghasilkan buah yang berukuran baik dengan kualitas yang baik
pula. Dl India, pohon bidara berbuah lebat dan teratur, oleh karena itu
cabang-cabang penghasil buah akan cepat sekali menjadi tua, sehingga
lambat-laun harus segera dipangkas; tindakan ini juga menghindari terlalu
rapatnya tajuk pohon dan mendorong kesuburan pucuk. Saat yang paling baik untuk
pemangkasan ialah setelah panen, terutama jika pohon itu meluruhkan
daun-daunnya, seperti terjadi di India. Di India, petani bidara memupuk dengan
pupuk kandang setelah pertumbuhan vegetatif berlangsung, dan pupuk nitrogen
diberikan sebagai pupuk pelengkap pada saat pembentukan buah. Tanaman yang
sedang berbuah tidak boleh mengalami kekurangan air, dan walaupun pohon bidara
berakar dalam sekali, kebun buah bidara ini dipelihara bersih dan diberikan
pengairan teknis jika hujan musim muson tidak mencukupi.
4.Hama dan Penyakit
Lalat buah merupakan penyebab utama kerusakan tanaman
bidara, sayangnya serangga ini mempunyai kesenangan pada kultivar yang sama
dengan yang disenangi orang. Kerusakan oleh serangga penggerek buah, ulat
pemakan daun, 'weevils', kutu loncat, dan kutu bubuk juga telah dilaporkan.
Penyakit embun tepung dapat menjadi demikian berbahaya, yang dapat menggugurkan
daun dan bakal-bakal buah, namun penyakit ini telah dapat dikendalikan dengan
baik. Penyakitpenyakit yang kurang berbahaya adalah busuk coklat dan bercak
daun.
5.Panen dan Pasca Panen
Panen Buah-buah bidara tidak dapat matang serentak,
jadi diperlukan pemetikan 4 kali atau lebih untuk menuntaskan panen. Buah yang
diambil masih mentah akan menjadi berbau tidak enak, kecuali jika matang benar,
dan buah yang terlalu matang akan kehilangan daya tarik warnanya dan teksturnya
akan keriput. Di Thailand, buah bidara tersedia di pasaran dari bulan Agustus
sampai Februari; di Filipina, musim buah jatuh dari bulan November sampai
Februari. Penanganan pasca panen Buah bidara tidak mudah rusak, dapat ditangani
dengan balk dan daya tahan tumpuknya sekitar satu minggu. Penyimpanan suhu
dingin dapat memperpanjang musim pemasokan buah selama 1 bulan atau Iebih.
MANFAAT BIDARA
Buah bidara kultivar unggul diperjual belikan
sebagai buah segar, untuk dimakan langsung atau dijadikan minuman segar. Di
beberapa tempat, buah ini juga dikeringkan, dijadikan manisan, atau disetup.
Buah muda dimakan dengan garam atau dirujak. Buah dari
pohon yang meliar kecil-kecil dan agak pahit rasanya. Buah bidara merupakan
sumber karoten, vitamin A dan C, dan lemak.[4]
Daun-daunnya yang muda dapat dijadikan
sayuran. Daunnya yang tua untuk pakan ternak.Rebusan daunnya diminum sebagai
jamu. Daun-daun ini membusa seperti sabun apabila diremas dengan air, dan
digunakan untuk memandikan orang yang sakit demam. Di Jakarta, daun-daun bidara digunakan untuk memandikan mayat.
Selain daun, buah,
biji, kulit kayu, dan akarnya juga berkhasiat obat, untuk membantu pencernaan
dan sebagai tapal obat luka. Di Jawa, kulit kayu
ini digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan; dan di Malaysia, kulit kayu yang dihaluskan dipakai sebagai obat sakit
perut.[2] Kulit kayu bidara diyakini memiliki khasiat sebagai
tonikum, meski tidak terlalu kuat, dan dianjurkan untuk penyakit lambung dan
usus. Kulit akarnya, dicampur dengan sedikit pucuk, pulasari, dan bawang putih, diminum untuk mengatasi kencing yang nyeri
dan berdarah (Latiff,
A.M.. 1991).
Kayunya berwarna kemerahan, bertekstur halus,
keras, dan tahan lama. Kayu ini dijadikan barang bubutan, perkakas rumah
tangga, dan peralatan lain.[2] Di Bali, kayu bidara dimanfaatkan untuk gagang kapak, pisau, pahat, dan
perkakas tukang kayu lainnya.[1] Berat jenis kayu bidara berkisar antara 0,54-1,08. Kayu terasnya yang bervariasi dalam warna kuning
kecokelatan, merah pucat atau cokelat hingga cokelat gelap, tidak begitu jelas
terbedakan dari kayu gubal. Kayu ini dapat dikeringkan dengan baik,
namun kadang-kadang sedikit pecah. Di samping penggunaan di atas, kayu bidara
juga cocok digunakan untuk konstruksi, furnitur dan almari, peti pengemas, venir dan kayu
lapis.[4]Bidara menghasilkan kayu bakar yang berkualitas baik;
nilai kalori dari kayu gubalnya adalah 4.900 kkal/kg. Kayu ini juga baik
dijadikan arang. Ranting-rantingnya yang menjuntai mudah dipangkas dan dipanen sebagai
kayu bakar (Latiff,
A.M.. 1991.).
Kulit kayu dan buah bidara juga menghasilkan
bahan pewarna[2]. Bahan-bahan ini menghasilkan tanin dan pewarna coklat kemerahan atau keabuan
dalam air[4]. Di India, pohon bidara juga digunakan dalam pemeliharaan kutu lak; ranting-rantingnya yang terbungkus kotoran
kutu lak itu dipanen untuk menghasilkan sirlak (shellac).
INTREGASI ANTARA SAINS
DAN ISLAM
Daun Bidara adalah salah satu tanaman yang disebut
dalam al-Qur’an. Menurut yang diceritakan al-Qur’an dan Hadits daun Bidara
memiliki banyak manfaat, mulai dari mengobati sakit perut hingga mengusir sihir.
1.Daun
Bidara digunakan memandikan Jenazah
Daun bidara dapat membersihkan kotoran, oleh
karena itu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para wanita
yang sedang memandikan jenazah putrid beliau zainab “Mandikanlah dia dengan basuhan
ganjil, tiga, lima, atau lebih dari itu kalau kalian pandang perlu. Mandikan
jenazahnya dengan air dicampur daun bidara, dan basuhan yang terakhir dicampur
dengan sedikit kapur barus.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim). http://www.saaid.net/Doat/assuhaim/187.htm)Juga
sabda Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam tentang seseorang yang berihrom kemudian
meninggal karena terlempar oleh untanya sendiri:”Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara”(HR
Bukhori dan Muslim).
2.Daun bidara di gunakan untuk bersuci
“Dari Aisyah ra bahwa Asma binti Syakal ra bertanya
kepada Rasulullah SAW tentang mandi haid, maka beliau bersabda: Salah seorang
diantara kalian (wanita) mengambil air dengan sidrahnya (daun pohon bidara)
kemudian dia besuci dan membaguskan bersucinya……” (H.R Muslim)
Hadist tersebut menunjukkan bahwa kita dianjurkan oleh Rasulullah untuk
bersuci denagan menggunakan daun bidara.Kemungkinan bear daun bidara mengandung
zat-zat yang bermanfaaat bagi kebersihan badan dan yang lainnya.
3.Daun bidara dignakan untuk Pengobatan
Penyakit Sihir dan Guna-guna.
Daun bidara juga bemanfaat-dengan izin Alloh
tentunya- untuk pengobatan gangguan sihir, ‘ain (mata jahat) dan suami yang
tercegah dari menggauli istrinya, oleh karena itu para ulama menjelaskan caranya
adalah ambil tujuh helai daun bidara yang bagus, kemudian bacakan doa dan
ruqyah, tumbuk dan campurkan ke dalam air kemudian air digunakan untuk mandi
dan minum si sakit (http://www.saaid.net/Doat/assuhaim/187.htm).
Termasuk dari faidah
Tanaman Bidara sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qoyyim rohimahulloh
diantaranya: Buahnya bisa dimakan, mengobati diare, obat untuk penyakit perut,
memperkuat fungsi hati dan empedu, meningkatkan nafsu makan, dll.
Nama-nama lain dari daun Bidara :
- Daun Seureuh
- Daun Cedar
- Daun Arabian Jujube
- Zizyphus Spina-Christi
Ibnu Katsir saat menafsirkan bercerita mengenai fitnah
syetan kepada nabi Sulaiman menyebutkan bahwa untuk mengobati sihir, sebaiknya
kita mengambil 7 helai daun bidara, kemudian ditumbuk halus, lalu dicampurkan
tumbukan daun tersebut dengan air, dan dibacakan ayat kursi.Air tersebut
kemudian diminumkan kepada si penderita sebanyak 3x teguk, dan dipakai untuk
mandi, maka mudah-mudahan akan sembuh sihirnya. Diutamakan pula untuk membaca
surat al-Falaq dan ayat-ayat lain yang bisa mengusir syetan.
Selain kegunaan yang telah disebutkan diatas, daun ini
juga umum dipakai dalam prosesi pemandian jenazah dalam tradisi umat Islam
dulu. Selepas menghilangkan najis dari tubuh mayat, jenazah akan dimandikan
tiga kali. Yang pertama dengan air yang dicampur daun bidara. Daun ini
berkhasiat sebagai disinfektan membunuh bakteri sekaligus juga sebagai
deodorant yang dapat menghilangkan bau tak sedap.
Daun bidara juga bisa digunakan untuk masker
kecantikan. Mengatasi gangguan perut serta untuk menetralisir kadar gula darah
pada penderita diabetes. Jika digunakan untuk kecantikan, daun bidara yang
sudah dalam bentuk bubuk dicampurkan dengan air panas, setelah itu dilulurkan
ke wajah. Sementara bagi gangguan perut dan diabetes, caranya daun bidara
dicampur air panas dan diminum sebanyak satu kali sehari.
Konon bangsa Phinisi menggunakan kayu pohon
cedar untuk membuat kapal-kapal dagang dan militer serta rumah dan kuil. Juga
ada kepercayaan bahwa rumah ibadah raja Sulaiman dari Palestina pun dibangun
dari kayu cedar asal libanon.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi.Terjemah Tafsir Almaraghi No 22.Surabaya:
CV Toha Putra
Al-Maraghi.Terjemah Tafsir Almaraghi No 27.Surabaya:
CV Toha Putra
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3:
1270. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. (sebagai Zizyphus Jujuba Lamk
http://www.saaid.net/Doat/assuhaim/187.htm diakses pada 06 Juli 2012
http.www.plantamor.com di akses pada 06 Juli 2012
Latiff, A.M..
1991. Ziziphus
mauritiana Lamk. In:
Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E. (Editors). Plant Resources of South-East
Asia No. 2: Edible fruits and nuts. Pudoc, Wageningen, The Netherlands, pp.
310-312
Morton,
J. 1987. Indian Jujube. p. 272–275. In: Fruits of warm climates. Julia
F. Morton, Miami, FL". Department of
Horticulture and Landscape Architecture at Purdue University. 2 April 1999. Diakses pada 4 Juni 2012
SSG
database - Ecology of Ziziphus mauritiana.". Invasive Species Specialist Group (ISSG) -
Global Invasive Species Database . Diakses pada 06 Juli 2012
TUGAS
TAKSONOMI
TUMBUHAN TINGGI
Hikayat Bidara Menurut al-Qur’an dan Haditst
DOSEN
PENGAMPU
Drs.SULISETJONO,M.Si
AINUN
NIKMATI LAILY,M.Si
OLEH
NAMA:SITI
MAR’ATUSH SHOLIHAH
NIM:
10620066
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2012